Senin, 02 September 2013

Kacamata Sara

Sara menyukai buku. Hampir setiap hari dia menghabiskan waktunya untuk belajar dan membaca buku. Lama - lama, dia sangat terobsesi sampai - sampai dia harus memakai kacamata. Akan tetapi, hidupnya sangat tidak berkecukupan. Jadi, sampai sekarangpun dia terpaksa harus melihat papan pelajaran dengan jelas tanpa kacamata.

Pada suatu hari, Bu Yanira memanggilnya ke ruangan kepala sekolah. Ternyata, bu guru sudah memprotes cara Sara belajar. Dia mengkhawatirkan Sara menjadi tidak fokus karena tidak memakai kacamata. Sara berkomentar tentang masalah keuangan keluarganya.

"Bu, saya bukannya tidak mau memakai kacamata, tetapi keluarga saja tidak mempunyai uang." Sara menunduk. "Oh, saya mengerti. Tenang, nanti ibu beri catatan agar tidak susah memperhatikan pelajaran."

"Kau seharusnya bercerita sejak dahulu, agar kau tidak bermasalah saat belajar, nanti matamu tambah sakit jika memaksakan untuk tidak memakai kacamata saja," kata Bu Yanira menasehati. Sara tersenyum dan izin kembali ke kelas.

"Akh, bagaimana ini?" bisik Sara pada dirinya sendiri. Lalu, Lola yang sombong mendatangi Sara.

"Haha, aku lihat pada saat pelajaran PKN. Matamu begitu serius, bisa menakui guru! Hahaha, memang miskin ya, beli kacamata saja tidak mau." Lola pergi dan menggosipkan candaannya pada gengnya dan murid lain. Tampaknya, hanya Fanira yang memperhatikan Sara. "Memangnya, ayahmu tidak bekerja?" tanya Fanira. "Bukan, ayahku dipecat." "Oh, aku turut bersedih. Tentunya, aku akan membantu dalam suatu hal. Maafkan aku tentang Lola, dia penggosip gila," katanya menepuk punggungnya. "Hem, tidak usah berminta maaf. Memangnya, jika aku sudah min 3, sudah tidak bisa melihat jelas?" tanyanya dengan muka merah. "Iya, sih, agak menakutkan, raut wajahmu."



Di rumah Fanira, dia merenung memikirkan keadaan Sara.
"Ibu pulang."

"Ibu, boleh tidak, aku beli kacamata untuk Sara?" tanyanya.

"Memang kenapa?"

"Begini, keluarganya sedang susah, dia sedang bersedih karena ayahnya dipecat. Makanya, dia tidak bisa membeli kacamata?"

"Haha, aku senang dengan sikapmu suka menguruskan orang lain," tawa ibunya cekikikan sambil mengulurkan 10 ribu rupiah ke tangan Fanira.

"Terima kasih!" dan akhirnya, Fanira pergi ke toko optik bersama ibunya unutk memilih kacamata yang cocok untuk Sara.


"Ini."
"Apa ini?" tanya Sara. "Kacamata?! Fanira, aku..."

"Tenang, ini aku berikan dengan ikhlas, lihat, corak bunganya bagus sekali. Pasti cocok denganmu. Aku kasihan karena kamu sudah diejek dan dipermalukan, apalagi kalau diberitakan oleh Lola."

"Fanira..." dengan tangisan yang tiba-tiba keluar, Sara memeluk Fanira.

Sara memeluk erat Fanira, dan Fanira memeluk balik. Betapa indahnya memiliki ikatan persahabatan seperti itu.... ^v^

By : Zahra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar