Pada hari yang sama, Anira dibawa prajurit kecil semut untuk bergabung di hukumanku atas mengganggu kenyamanan putra dari Raja Semut. Anira sudah memohon-mohon untuk pengampunan, tetapi Raja menolak dan menjalankan hukuman ini atas kemauannya. Putranya, tidak bisa berkata apapun. Lalu, tibanya di taman luas di tengah kota. Di situ, ada perangkat - perangkat serba kecil, berupa playset kecil yang sudah sangat dulu dimainkan Anira dan sepiring berisi makanan.
"Kau bilang aku akan dihukum, kok mengundangku ke taman yang indah ini dan dengan sepiring makanan sehat yang kelihatan lezat?" kata Anira menyindir. "Tentunya, aku harus memakan ini, kan?".
"Memang kelihatan lezat. Begini, sudah biasanya penganiaya semut harus di paksa dihukum disini dengan raut wajah senang. Tetapi, hidangan lezat itu hanya berupa plastik yang direkayasa menjadi makanan. Tugasmu, harus memakan semua ini tanpa sisa, dan harus disiksa untuk dikurung di mainan ini selama 3 hari, tanpa makanan dan minuman. Banyak sekali penjahat ini memohon untuk pengampunan, tetapi berakhir di tempat sampah. Yang pasti, ditemukan oleh para anak-anak yang tubuhnya 10 X dari badan kami," kata Raja. "1, 2, 3, mulai!!"
Anira berusaha menghabiskan makanan itu, bahkan satu gigitan pun dia tidak berani. Raja hanya ingin menyiksa setiap makhluk di dunia ini, hanya dia sendiri yang dia pedulikan. Memang, manusia sering membunuh tanpa alasan banyaknya semut, tetapi itu karena mereka yang mengganggu duluan. Tidak ada salahnya meminta maaf dan menirimanya, bukan? Anira tidak ada pilihan, dan hanya bisa mendapati kebebasan jika berada di mainan itu selama 3 hari dan tetap tidak ada orang yang bermain di taman ini.
"SAYA HENTIKAN HUKUMAN INI!!" seseorang untungnya menghentikan perbuatan Raja dan Anira, sang Pangeran Semut. "Pangeran, bukankah Yang Mulia masih harus berdiam di rumah sakit?" tanya Prajurit. "Tidak, mungkin Sang Ayah harus menjelaskan semua ini. Aku tidak mau kau menghina dan menghukum keras makhluk perempuan di spesies manusia ini, karena kita semua ini makhluk hidup, tidak boleh membeda - bedakan!!" katanya dengan tegas dan keras. Anira yang melihat semut itu bicara dengan bahasa semut, merasa sedikit 'terpesona'. Raja yang melihat aksi itu, menyuruh para prajurit menghentikannya. "Ayah, selama ini, kau hanya menghukum manusia dalam tindakannya tidak memang tidak perlu. Tetapi saya rela karena memang semut-semut yang sudah mati itu terpilih oleh Tuhan, dan karena itu kehendakNya untuk menghukum manusia, bukanlah kehendak kita," kata Pangeran dengan tegasnya. "Ayah, tolong, hentikan perbuatan ini."
"SAYA TIDAK BISA, PUTRAKU!! Dia telah membuatmu dalam keadaan bahaya, hampir saja kau terbunuh!!" kata Raja bertekad. "Selama ini, saya melihat kejadian tragis yang menimpa banyak rakyat, bahkan putriku yang terbuang dalam tempat sampah! Pelakunya, sama saja, para manusia menjijikan ini." "Hentikan! Aku sudah lama melihat kalian bergiliran mati. Aku tidak berniat membunuh satupun binatang, sekecil pun. Aku hanya ingin mengagetkanmu, Yang Mulia Pangeran Semut, bukanlah membunuhmu. Aku sudah bermasalah dalam mengkonsumsi makanan, hanya makanan yang manis dan tidak sehatlah yang kumakan, itulah mengapa aku naik darah dan tega membuat perbuatan itu. Aku yang salah, maafkan aku, Raja.." teriak Anira mengaku perbuatannya yang dianggap salah. "Anira..." kata Raja dengan suara lirih.
Lalu, Anira pingsan. Sepertinya makanan yang terbuat dari plastiknya yang dimakan itu, terlalu kuat dan membuat Anira pingsan dan terlihat seperti keracunan makanan. Lalu, Anira terbangun dan mendapati dirinya masih diatas tempat tidurnya yang dia sayangi. "Ah, Raja? Pangeran? Semut-semut?" kata Anira. Lalu, dia menemukan sebotol kaleng bekas minuman yang bertulisan, Maafkan aku, Raja semut. Anira tersenyum dan berlari untuk menceritakan petualangannya. "Ibu! Ibu, tadi, aku ke dunia semut. Lalu, aku dihukum raja semut karena mencoba mengganggu pangeran semut, putranya. Akupun diberi kaleng minum ini karena dia minta maaf atas kesalahpahamannya. Ibu percaya?" kata Anira terlihat langsung bersemangat lagi. "Aduh Anira, apa maksudmu? Sepertinya kamu terlalu banyak meminum minuman soda ini.." kata ibunya tertawa kecil. Anira merengut dan terpaksa menyingkirkan masalah semut ini dari hidupnya, walaupun sangat disayangkan. Anira menulis sesuatu di buku catatannya, semua cerita yang dianggap hanya mimpi itu. Dan Anira sudah memakan sayuran dan buah-buahan mulai saat ini, dan berjanji tidak menyakiti binatang lagi, ya, selagi dia tidak terganggu olehnya. ^^
By : Zahra