Jumat, 16 Agustus 2013

Si Semut Hitam Part 1

Anira mempunyai kebiasaan tidak suka menghabiskan makanan. Dia selalu menyisakannya jika ada makanan yang tidak dia suka. Sewaktu-waktu, Anira memakan roti dan susu untuk sarapan, makan siang, dan makan malam. Anira juga membenci semut, kutu, dan serangga lainnya yang mengganggu setiap kegiatan yang dia sukai. Makan cemilan, pasti ada waktunya untuk diganggu semut. Dan hari ini, kebetulan sekali bahwa Anira sedang ada maunya memakan sayur.

"Ibu, aku mau makan pakai sup ayam saja..." kata Anira dengan lesu. "Memang kenapa, apakah kau sakit?" tanya Ibu terkejut. "Tidak, aku sedang mau saja..."

"Baiklah, duduk dulu sebentar, ibu siapkan makanannya." "Iya, Bu.." Setelah itu, Anira duduk di kursi meja makan dan menyantap makanan yang dihidangkan ibunya dengan lahap. Lalu, dia melihat suatu benda kecil yang membuat selera makanannya hilang semua. Sebuah wortel oranye yang dianggap musuh terbesar Anira. Wah, saat itu, dia ketakutan karena tidak mau dilihat ibunya bahwa dia akan membuang wortel kecil itu.

"Hem, aku makan atau di buang ya? Akukan tidak suka wortel..." kata Anira didalam hati. Lalu, dia melihat sosok semut kecil mencoba untuk menggapai makanan Anira. Karena makin kesal, dia menghentakkan sendoknya ke meja untuk menakuti semut kecil itu. Semut itu berhasil untuk diusir. Lalu, dia menyeselesaikan makanannya dengan cepat dan tidak memikirkan soal wortel itu lagi. Dia melupakannya dengan tidur siang sebentar di tempat tidur. "Ibu, aku tidur saja ya!" teriak Anira yang mendapati Ibunya sedang berada di luar, menyapu halaman. Lalu, dia membaringkan diri di atas tempat tidurnya. Tanpa dia sadari, ada sinar yang terang menuju dirinya. Kemudian, Anira merasa bahwa tempat tidurnya berupa bantal yang begitu besar, hampir saja Anira tenggelam didalamnya.

"Ya ampun, apa yang terjadi?!" Anira berteriak dengan kerasnya, tetapi yang mendengarnya, malah sebuah semut yang berdiri dibelakangnya. "Senang?" katanya. "Si... siapa kamu? Kenapa kau begitu besar?" kata Anira terbelalak. "Aku Tentara Semut, dan kau dipanggil Raja Semut, katanya ada rapat untuk menahanmu di penjara Semut." "Penjara, semut? Apa maksudmu, aku ini manusia!" teriak Anira tidak sama sekali mengerti. "Tidak sekarang." Anira melihat sosok tubuhnya yang berubah menjadi semut hitam, dan berteriak sekeraspun, walaupun tidak ada yang mendengarnya."Ayo ikut aku!!"Semut tentara itu menarik tangan Anira dan menariknya sampai ke bawah konstruksi rumahnya. Disana, tatapan Anira tidak bisa di tebak. Dia melihat berbagai macam rumah kecil yang berisi keluarga-keluarga semut, dan banyak sekali jalan yang dibalut gula putih dan ketan hitam yang dibekukan. Lalu, dia melihat istana besar yang terbuat dari plastik, dan ada seorang raja, semut yang memakai mahkota, termenung di luar jendela. Lalu, seluruh warga semut menunduk dan menyembah Raja Semut itu, dan akhirnya aku dibawa ke atas istana. "Apa maksudnya ini, Tentara Semut 01?" kata Sang Raja tersenyum-senyum. "Aku membawa tahananmu, Yang Mulia.." katanya menyembah Raja itu.

"Hey, jika kamu berani-beraninya menyentuhku, aku sumpah, aku akan..." "Tenang, Nyonya Semut. Kami tidak akan menahanmu, kami hanya ingin melihatmu berminta maaf atas membuat Putraku ketakutan setengah mati!! Kami akan menahanmu di ruangan khusus penyandera semut!!" teriaknya membawaku ke sebuah ruangan yang hanya berisi tempat tidur besar dan tumpukan buku bacaan. "Tenang, aku berharap kamu akan bersenang-senang disini,  selama lebih dari, 2 hari! Lalu, kami semua ingin melihatmu, disiksa oleh Tentara jika kamu masih tidak mau juga minta maaf,".

"Nyonya Semut?! Kau lihat saja dirimu, apakah aku terlihat bersalah?" teriak Anira mencegah tentara-tentara membawanya kesitu. "Wajahmu terlihat tidak bersalah, walaupun setiap saatnya kamu selalu bersalah.." kata Raja. "Apa yang kau mau dari diriku, ha?! Uang, Makanan? Apa saja yang kau mau, aku yang bawakan, hanya saja, jangan sakiti aku!" kata Anira menjerit. "Tentunya, PENGAMPUNAN..." kata Raja.

~ BERSAMBUNG ~
Tips : Baca Part 2nya disini, ya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar