Kamis, 15 Agustus 2013

Adikku Lahir Part 1

Tanggal 26 Januari. Saatnya liburan sekolah. Aku sedang menemani ibuku di rumah, sedangkan adikku sedang lomba pidato di tengah kota. Sebenarnya, ibuku sedang hamil 9 bulan. 9 Februari nanti, direncanakan adik keduaku akan lahir. Sekarang, aku tepat sedang memasak kare instan yang dibelikan ayah kemarin. Katanya, banyak mengandung sayur dan tidak banyak kalori, juga MSG. Jadi, ibu juga bisa makan ini.

"Ibu, kare sudah siap." Aku menghidangkan dua piring kare dan nasi di atas meja, lalu aku mendorong kursi dorong ibu karena ibu susah berjalan. "Emm, ibu lagi nggak selera makan, kamu saja deh, Sayang.." kata ibu memegang erat perutnya. "Adik mau keluar, bu?!" Kataku cemas. "Oh, bukan, Adik menendang. Tenang, sepertinya 9 Februari jadinya," jawab Ibu. "Baiklah, ayo makan saja!" kataku.

"Aduhhh!!" teriak ibu mengerang lagi. "Ibu??!!"Aku hampir saja menjatuhkan piring. "Sayaang, ayo, ganti baju, sepertinya... sepertinya, Ibu, akan melahirkan sekarang!!" teriak itu memegang erat sekali perutnya. "Ah, oke!!" kataku menyiapkan baju ganti, lap, popok, makanan dan minuman, dan barang-barang lainnya ke tas bayi. Lalu, aku menelepon taxi untuk memesan tempat. Taxi yang kupesan langsung datang, dan aku menawar ongkos untuk ke klinik bagus yang terdekat dari rumahku. Tepatnya, klinik Harmoni, 2 komplek dari rumahku.

"Maaf bang Andi, bisa lebih cepat tidak?" tanyaku agak khawatir dengan keadaan Ibu. "Maaf Dek, ada halangan di depan. Ada konstrusi jalan yang lebar, jadi ada macet kurang lebih 15 menit, tunggu saja ya, Dek," kata Bang Andi, supir Taxi itu. "Baiklah, aku jalan saja, Bang" kataku membawa tas bayi yang agak berat sambil menopang Ibu yang memegang payung. Lalu, aku ke resepsionis untuk memesan ruangan bersalin.

"Wah, kakaknya, ya, pintar... Oke, tolong tulis nama ibumu dan alamat, juga nomor teleponnya jika perlu ditelepon anggota keluarga lain.." kata Mba resepsionis di situ. "Iya, Mba. Gita Novaria, Komplek Damai no. 4, Cijantung. Nomor teleponnya 08138647330, Nomor ayah. Makasih," kataku memberikan formulir untuk bersalin dan pena. "Baiklah, tolong anaknya dan perlengkapannya duduk di ruang tunggu, dan Ibu, ayo ganti seragam dan saya antar ke ruang bersalin.." kata Suster yang baru datang. Aku terpaksa menunggu di ruang tunggu, Tetapi, kata-kata ibuku yang terakhir adalah, "Ibu akan berusaha, pasti anak ke-3 akan cepat lahir..". Begitulah, aku menunggu baru selama 45 menit. Aku kira akan berlangsung hanya dengan 1 jam, tetapi, 3 jam saja sudah lewat. Lalu, salah satu suster keluar untuk mencuci tangan. "Sus, apakah ibuku sudah..." Aku melihat sosok ibuku, dengan wajah yang pucat pasi dan merah, aku menjadi cemas. Lalu, suster itu menjawab, "Jalur lahir ibuku terhambat karena posisi adikmu terbalik dan harus di operasi. Maaf ya dik, adik harus menunggu agak lebih lama lagi.." kata Susternya mendorongku keluar ruangan. Yah, sudah 5 jam berlalu. Bagaimana, nih??

"Eh, Viana?? Kamu juga berobat?!" tiba-tiba saja Andi datang. Dia teman sekolahku, anak paling jahil di sekolah. "Eh, nggak, ibuku melahirkan.." jawabku masih cemas. "Dari kapan kamu kesini?" tanyanya ikut duduk di kursi. "Dari jam 9 pagi." "Lama sekali, ibumu di operasi? Serem, tuh..." tanyanya lagi. "Nanya mulu, tanya ke dokternya sana!" Kataku agak marah. Lalu, dia minta maaf, lalu sekilas pergi. Huh! Sebenarnya, enak juga kalau ada yang mau nemenin dan ngobrol denganku, tapi, siapa yang mau nemenin selama ini? Ayah dinas keluar kota, adikku Karina sedang lomba pidato, sedangkan teman-temanku sedang berlibur.

Hem, bagaimana jadinya nihh? Aku berdoa selagi aku mencerminkan diriku, bersama adik baru. Semoga saja Ibu dan Adikku selamat...

~BERSAMBUNG~
Tips : Baca Part 2 di sini, ya. Leave a comment!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar